Ciamis, sebuah kabupaten di sebelah timur Jawa Barat yang berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah ternyata memiliki banyak hal menarik untuk diikuti. Selain memiliki beragam kuliner khas, mulai dari camilan, minaman dan makanan, Ciamis juga dikenal memiliki sejumlah lokasi wisata yang dapat diperhitungkan, sebagai salah satu pilihan wisata Anda.
Namun diluar
itu semua, meski mungkin bisa dikategorikan kedalam keragaman wisata, Ciamis
juga memiliki beberapa daerah atau lokasi, dimana penduduknya masih memegang
kuat ajaran dan kebudayaan waarisan dari leluhurnya. Misalnya seperti
keberadaan dari kampung Kuta yang dikenal sebagai kampung adat yang memegang
teguh peraturan-peraturan adat sejak jaman dulu hingga saat ini. Lalu ada juga
Panjalu yang dikenal memiliki adat Nyangku, yang telah dipelihara dan
dilestarikan, baik oleh pihak masyarakat maupun pemerintah Panjalu, sejak jaman
dahulu kala, ketika kerajaan Panjalu masih jaya.
Sebagaimana dilansir Harapan Rakyat, upacara adat
Nyangku ini sendiri merupakan upacara yang dilakukan sekali setiap tahunnya,
tepat pada hari senin atau Jum'at pada minggu terakhir bulan Mulud atau Rabiul
Awal. Acara ini biasa dilakukan sehari setelah diselenggarakannya acara Maulid
Nabi Muhammad Saw.
Pengertian Upacara Adat Nyangku
Pada dasarnya,
kata "Nyangku" ini sendiri
diambil dari bahasa Arab, yakni "Yanko"
yang kemudian berubah pengucapannya menjadi "Nyanku".
Nyanko ini memiliki artian bersih atau membersihkan. Sama seperti
pelaksanaannya, dimana upacara Nyangku ini merupakan upacara adat untuk
membersihkan berbagai benda pusaka peninggalan leluhur kerajaan Panjalu dengan
tata cara tertentu sesuai dengan tradisi atau adat yang ada.
Sementara
secara tidak langsung, upacara Nyangku ini juga memiliki artian, untuk membersihkan
diri dari segala hal yang dilarang atau tidak dibolehkan oleh agama. Disamping
keberadaannya yang juga sebagai acara adat yang turut memeriahkan peringatan
Maulid Nabi Muhammad Saw.
Pelaksanaan Upacara Adat Nyangku
Upacara Adat
Nyangku masih bisa bertahan hingga saat ini, tidak lain adalah berkat adanya
kepedulian dan usaha dari pihak sesepuh Panjalu, para kuncen, tokoh masyarakat
serta pihak pemerintah Desa dan sejumlah instansi terkait seperti LKMD.
Sementara untuk pelaksanaannya, upacara adat Nyangku ini dikoordinasikan oleh
Yayasan Noros Ngora bersama pemerintah Desa.
Sekitar sehari
sebelum dilaksanakannya upacara adat Nyangku ini, biasanya akan dilaksanakan
acara Maulid Nabi Muhammad SAW, yang juga dilanjutkan dengan persiapan untuk
upacara adat Nyangku beserta berziarah ke makam para raja Panjalu sebelumnya,
sembari memberitahu pada kuncen akan diadakannya upacara adat Nyangku ini.
Adapun
kebutuhan yang disediakan untuk upacara adat Nyangku ini, diantaranya adalah:
Air dari 7
sumber yang nantinya akan digunakan untuk melakukan pembersihan benda pusaka,
yang berasal dari :
- Mata air Situ Lengkong,
- Karantenan,
- Kapunduhan,
- Cipanjalu,
- Kubangkelong,
- Pasanggrahan dan
- Kulah Bongbang Kancana
7 jenis makanan
untuk sesajen berupa:
- ayam panggang
- tumpeng nasi merah
- tumpeng nasi kuning
- ikan dari Situ Lengkong
- sayur daun kelor
- telur ayam kampung dan
- umbi-umbian
7 jenis minuman
adat yang digunakan sejak zaman dulu. Yakni:
- kopi pahit
- kopi manis
- air putih
- air teh
- air mawar
- air bajigur dan
- rujak pisang
Selanjutnya, di
keesokan harinya, para sesepuh Panjalu dengan memakai pakaian adat bersama
keluarga besar Yayasan Boros Ngora dengan beriringan berangkat ke Bumi Alit,
lokasi dimana benda-benda pusaka yang akan dibersihkan tersebut disimpan.
Selanjutnya, benda-benda pusaka ini dibungkus dengan kain putih dan
dipersiapkan untuk diarak menuju Nusa Gede Situ Lengkong, dengan diiringi
lantunan solawat kepada Nabi dan puji-pujian lainnya.
Sepanjang
perjalanan yang menempuh hingga sekitar 1 KM jauhnya, rombongan ini dikawal
oleh para peserta upacara adat dan musik gemyung serta bacaan solawat nabi.
Perjalanan pun dilakukan dengan upacara adat pada setiap tahapnya. Sesamanya di
Situ Lengkong, rombongan melanjutkan perjalanan dengan sebuah perahu, yang
diikuti sekitar 20 perahu lain sebagai pengawal. Mereka berlayar menuju Nusa
Gede, sebuah pulau di tengah situ Lengkong, dimana barang pusaka ini bakal
dibersihkan.
Dan tidak lepas
dari Upacara adat, prosesi pembersihan pun dilakukan dengan berbagai tahapan
yang terorganisir, sesuai adat yang ada. Setelah prosesi pembersihan selesai,
benda-benda pusaka tersebut kemudian kembali diarak ke Bumi Alit, dan
selanjutnya kembali disimpan hingga dibersihkan lagi pada tahun berikutnya.
Upacara adat
Nyangku ini merupakan suatu acara sakral, yang dapat menarik banyak perhatian
wisatawan, disamping sebagai salah satu upaya masyarakat dan pemerintah, dalam
menjaga keragaman adat budaya peninggalan para leluhur kita di masa lalu.
Ini merupakan
hal bagus, dimana Upacara adat Nyungku ini juga menjadi sebuah tradisi dan
kegiatan wajib, yang terus menghubungkan masyarakat masa kini dengan kenangan
masa lalu dimana kerajaan Panjalu masih jaya. Selain itu, kegiatan ini juga
merupakan perlawanan masyarakat terhadap "lupa" akan kebanggaan dan
sejarah kita sebagai bangsa indonesia.